Thursday, 31 March 2011

Diet Ibu Menyusui dan Lemak Jenuh

Anda seorang ibu menyusui? Berhati-hatilah dengan pola diet Anda. Salah memilih makanan, bisa-bisa tak hanya Anda yang obesitas, tapi juga buah hati Anda!

Tahukah Anda, Ibu menyusui yang dalam diet (pola makan)nya banyak mengandung lemak jenuh, maka bayi yang mereka susui akan cenderung mengalami kegemukan?


Ini bukanlah berita isapan jempol, dan disimpulkan dari sebuah studi terbaru di Amerika Serikat yang meneliti 96 wanita dan bayi mereka. Bayi yang ibunya mengonsumsi lemak jenuh lebih dari 4,5 gram per hari ketika sedang menyusui, ternyata memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk memiliki persentase lemak tubuh yang tinggi dibandingkan dengan bayi yang ibunya mengonsumsi lemak jenuh lebih sedikit.

Studi ini juga menemukan bahwa ibu yang mengonsumsi lemak jenuh lebih dari 4,5 gram per hari memiliki risiko hampir enam kali lebih besar mengalami kelebihan lemak di tubuhnya.

Artinya? Asupan lemak jenuh dapat berdampak pada penambahan berat badan lebih signifikan terhadap wanita yang sedang menyusui dibandingkan jika mereka tidak menyusui, kata peneliti dari University of Georgia.

Temuan terbaru ini dipublikasikan secara online di European Journal of Clinical Nutrition.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari lebih seksama tentang bagaimana konsumsi lemak jenuh seorang ibu dapat mempengaruhi kesehatan anaknya dalam jangka panjang.

"Ini akan membantu mengamati anak dari ketika ibunya hamil, dilahirkan, dan melewati masa remaja, sehingga kita bisa memastikan apa jenis makanan bayi dan makanan ibu selama menyusui yang tepat untuk mencegah obesitas," kata penulis studi, Alex Anderson, asisten profesor di UGA College of Family and Consumer Sciences.

Sumber: Go4HealthyLife.com

Tuesday, 29 March 2011

Lemak Jenuh vs Lemak Tak Jenuh

Apa yang membedakan lemak jenuh dengan lemak tak jenuh?

Lemak tak jenuh sangat bermanfaat bagi jantung Anda, sedangkan lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol dan mengganggu kesehatan jantung Anda.

Lemak jenuh terdapat pada daging hewan dan produk-produk makanan olahan seperti daging, produk susu, kripik. Lemak jenuh tidak menyehatkan jantung, karena jenis lemak ini memang dikenal sebagai pemicu meningkatnya kolesterol LDL (kolesterol yang buruk) Anda.

Di sisi lain, lemak tak jenuh ditemukan pada jenis makanan seperti kacang, alpukat, dan minyak zaitun. Lemak jenis ini mencair pada suhu kamar. Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa lemak tak jenuh juga menyehatkan jantung—memiliki kemampuan untuk menurunkan kolesterol LDL dan meningkatkan HDL kolesterol (kolesterol baik).

Jadi, jika Anda sedang mencoba mengikuti program diet menurunkan kolesterol, konsumsilah makanan yang mengandung lemak tak jenuh. Dan sebaliknya, kurangi konsumsi lemak jenuh.

Disarikan dari: Understanding Nutrition (Rolfes SR, Whitney E.), 3rd ed 2005.

Sunday, 6 March 2011

Sudah Diet, kok Masih Gemuk, sih?

Merasa putus asa lantaran sudah diet tapi nggak langsing-langsing, pengidap obesitas kerap menghibur diri bahwa keadaan mereka “sudah nasib” dan takkan mungkin bisa diubah. Padahal, mau berarti bisa. Dan kemauan harus pula diikuti usaha gigih dengan pemahaman yang benar untuk mewujudkan impian menjadi langsing. Dan jangan lupa, nggak ada orang gemuk yang sehat, lho! Cepat atau lambat, tumpukan lemak di tubuh Anda akan menjelma penyakit yang menguras isi kantong Anda untuk pergi ke dokter, menebus obat, bahkan menginap di rumah sakit.

Jika Anda merasa sudah berdiet namun badan langsing tak kunjung didapat, perhatikan hal-hal berikut:


Lapar dan Kenyang

Pada otak kita terdapat syaraf pusat yang mengendalikan rasa lapar dan kenyang. Tubuh seseorang yang menahan lapar akan mengeluarkan hormon dan transmitter dari otak sebagai reaksi terhadap pengurangan makan. Dengan kata lain, otak kita seakan menuntut kembali kenikmatan yang biasa diperoleh tubuh kita. Ia “sakaw” terhadap jumlah kalori dan gula yang tinggi. Inilah yang menghalangi pembakaran lemak dalam tubuh kita.

Apabila perut tidak diberi makanan yang biasa diperoleh dalam tempo tertentu, otak akan mengeluarkan sinyal bahawa ia lapar. Badan akan memberontak dan mengeluarkan enzim serta hormon tertentu. Akibatnya, nafsu untuk menyikat makanan apa saja menjadi tak terbendung. Keinginan tersebut bukan disebabkan oleh nafsu makan, namun merupakan sinyal dari otak kita yang tidak mampu dikuasai oleh kita sendiri. Dan akhirnya kita makan tanpa terkontrol, tanpa sadar bahwa makanan yang masuk ke perut kita sudah berlebihan.

BMR (Basal Metabolic Rate)

Apa itu BMR? BMR atau Basal Metabolic Rate adalah penggunaan tenaga oleh tubuh kita di saat kita tidak melakukan aktivitas apa pun. Jangan lupa, saat kita sedang istirahat atau tidur, kita tetap membutuhkan energi untuk pergerakan jantung, usus dan lain-lain. Jika BMR kita rendah, kelebihan energi yang tak terpakai akan menumpuk menjadi lemak.

Orang yang BMR-nya yang rendah perlu menyadari hal ini dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkannya. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan banyak melakukan aktivitas fisik, berolahraga, dan menerapkan gaya hidup sehat dengan lebih banyak mengonsumsi makanan rendah kalori dengan indeks glikemik rendah.

Apakah tanda-tanda BMR rendah? Antara lain:
• Walaupun sudah diet, berat badan tidak turun-turun.
• Makan berlebihan sedikit saja, berat badan langsung naik.
• Sulit berolahraga karena gampang letih.
• Gemar makan karbohidrat dan makanan yang manis-manis.
• Mudah lapar.
• Makan sedikit tetapi cepat gemuk.
• Sering lapar pada waktu malam.